Hal itu berkaitan dengan kebutuhan masyarakat untuk menitipkan anak yang sangat tinggi.
Reni mengungkap ‘guilty mom syndrome’ atau ‘sindrom ibu merasa bersalah’ memang nyata terjadi pada ibu bekerja. Karena waktu yang dihabiskan di tempat kerja bakal selalu disamakan dengan waktu jauh dari anak.
“Oleh karena itu, ada kecenderungan untuk merasa seolah-olah Anda tidak melakukan cukup banyak hal untuk anak-anak Anda ketika Anda menyeimbangkan antara menjadi seorang ibu dan menjadi wanita karier,” terang dia. Bagi Reni, kariernya lebih dari sekedar mengejar cita-cita. Namun, juga bertekad yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Terlepas dari tantangan yang mesti dilalui, Reni merasakan momen kebahagiaan sebagai ibu bekerja. “Menyaksikan pencapaian anak perempuan saya dalam mengeksplorasi, belajar, dan mengembangkan kemandiriannya membuat saya sangat bangga. Kegembiraan mereka juga mengingatkan saya bahwa setiap pengorbanan yang harus dilakui tidak akan pernah sia-sia,” ucap dia.
Reni mengungkap rahasia dalam melalui tantangan sebagai ibu bekerja ialah memerlukan kombinasi kasih sayang pada diri sendiri, komunikasi yang efektif, dan
perencanaan strategis.
“Perjuangan menjadi ibu bekerja memang nyata, namun hal tersebut tidak menentukan nilai kita sebagai seorang profesional atau peran kita sebagai Ibu,” kata Reni.
Dengan mengatasi tantangan-tantangan yang ada, jelas dia, ibu bekerja dapat menciptakan perpaduan yang harmonis antara kehidupan karier dan peran sebagai ibu.
Lagi-lagi Reni mengingatkan bahwa ibu bekerja tidaklah berdiri sendiri dalam perjuangan ini. Selain itu, para ibu bekerja juga telah melakukan upaya yang luar biasa.
Mematahkan Stereotip Ibu Bekerja
Reni juga menyinggung perihal stereotip ibu bekerja. Ia menekankan bahwa penting untuk disadari bahwa melepaskan diri dari stereotip merupakan proses berkelanjutan yang memerlukan keterbukaan pola pikir (mindset) dan perasaan empati.
Dengan terlibat dalam percakapan yang bermakna dan secara aktif mendengarkan beragam pendapat, kita dapat menantang bias kita sendiri sambil menumbuhkan pemahaman satu orang dengan yang lainnya. Selain itu, dengan belajar budaya dan latar belakang yang beragam, ibu bekerja juga dapat membuka jalan menuju masa depan di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang berdasarkan bakat mereka, bukan karena ekspektasi masyarakat maupun stereotip yang ada.
Dukungan Perusahaan
Lebih lanjut, Reni juga membahas soal bentuk dukungan yang dibutuhkan ibu bekerja dari perusahaan dalam mengatasi tantangan yang dilalui.
“Setiap Perusahaan dapat mendukung mereka (red, ibu bekerja) dengan
menyediakan pengaturan kerja yang fleksibel dan pengembangan peluang karier seperti program mentoring, pelatihan, dan acara networking,” ujar Reni.
Adapun Reni bersyukur tinggal di Australia. Sebab, negara kanguru ini memiliki aturan dan hukum untuk mendukung kehidupan sebagai orang tua alias parenting hood. Ia menerangkan semua kebijakan perusahaan di Australia mesti selaras dengan peraturan pemerintah. Contohnya seperti cuti orang tua sebagaimana tercantum dalam peraturan dan undang-undang di Fair Work.
Gabung IBC Australia
Reni merupakan bagian dari IBC Australia. Ia mengungkapkan alasannya bergabung di IBC Australia untuk memperluas koneksi jaringan dan menjalin komunitas hubungan Indonesia dengan Australia.
Saat ini Reni juga sedang membangun rumah hunian di Bali tepatnya Adhiwangsa Bali, yang nantinya akan di Airbnb dalam pertengahan tahun 2024 ini.
Ia juga menyoroti manfaat dari peluang networking atau acara industri yang difasilitasi oleh IBC Australia. “Setiap acara IBC selalu memberikan pengetahuan yang sangat informatif dengan pembaruan informasi terkini dalam sudut pandang dunia pebisnis,” imbuhnya. [IM]