Merintis usaha di “negara asing” merupakan tantangan yang tak semua orang berani hadapi. Namun, bagi seorang wirausahawan sejati seperti Adam Tedja, hal itu bukanlah halangan melainkan kesempatan yang patut dicoba.
Adam Tedja memulai usaha percetakan “Wazzup Screen Printing” yang berbasis di Taren Point Australia pada tahun 2018. Dalam waktu lima tahun, Adam berhasil mengembangkan bisnis percetakannya hingga diakui oleh merek ternama.
“Wazzup Screen Printing” menyediakan jasa percetakan dengan berbagai teknik dan teknologi canggih. Perusahaan ini siap melayani pelanggan bisnis kecil maupun bisnis global untuk menciptakan pakaian bermerek dan produk promosi. Adapun, berbagai layanan yang disediakan oleh perusahaan ini diantaranya screen printing, trade printer, heat transfer, direct to garment (DTG), rhinocolour, dan embroidery.
Tonggak Pencapaian Bisnis
Dalam beberapa tahun terakhir, Adam telah melakukan perubahan yang signifikan dalam perusahaannya. Salah satu langkah penting yang diambil adalah mengembangkan teknologi baru seperti mesin cetak digital Direct to Film, yang di impor dari Indonesia. Suatu kebanggaan bagi Adam karena dapat membawa teknologi cetak dari Indonesia ke negeri kangguru.
Tak hanya itu, Adam juga berhasil menjalin kerjasama dengan merek-merek terkenal seperti Coca-Cola. Keberhasilan ini membuktikan reputasi Wazzup Screen Printing sebagai penyedia layanan cetak yang handal. Ia juga menjalin kerja sama dengan klien-klien terkenal dari berbagai kalangan, termasuk penyayi musik ternama. Wazzup Screen Printing membuktikan produksi merchandise menarik bagi penggemar.
Selain itu, perusahaan Adam juga memiliki program yang memberikan potongan harga khusus untuk badan amal dan kementerian lokal sebagai bentuk dukungan dan kontribusi kepada masyarakat.
Mengutamakan Kepuasan Pelanggan
Dalam berbisnis, Adam selalu berorientasi kepada kepuasan pelanggan. Prinsipnya, melayani pelanggan dengan optimal akan membuahkan hasil positif terhadap bisnisnya. Bahkan, untuk menjamin kepuasan pelanggannya, Adam membuka cabang baru bernama “Apparelv” yang dikhususkan untuk melayani pelanggan ritel seperti seperti restoran, kafe, dan pedagang lokal. Dengan cabang ritel ini, perusahaan dapat memperluas pasar sementara dan menghemat biaya dan waktu.
Adam meyakini bahwa setiap jenis pelanggan memerlukan pendekatan khusus. Beginya, semua jenis pelanggan, termasuk bisnis kecil, gamer, dan individu yang ingin menciptakan merek sendiri, memiliki ekspektasi yang besar terhadap pertumbuhan bisnisnya.
Batu Sandungan Pertama, Manajemen Sumber Daya Manusia
Tak ada bisnis yang berkembang tanpa batu pun kerikil melintang. Di awal merintis usaha, Adam dihadapkan dengan permasalahan terkait manajemen sumber daya manusia (SDM).
Namun, hal itu dapat terselesaikan dengan menciptakan budaya kerja yang positif dan kejejaran manajemen kinerja. “Awalnya, beberapa pegawai hampir berhenti karena kurangnya struktur dan organisasi perusahaan. Tapi, akhirnya kita berhasil membuktikan dengan menerapkan manajemen yang berbeda dan lebih baik,” kata Adam.
Struktur kepegawaian merupakan elemen fundamental dalam menjalankan suatu usaha. Tanggung, koordinasi dan tanggung jawab antar pegawai tidak akan berjalan optimal.
“The way your employees feel is the way your customers will feel. And if your employees don’t feel valued, neither will your customers.” – Penulis Buku Terkemuka, Sybil F. Stershic.
Bagian dari Komunitas IBC Australia
Adam pertama kali mengenal Indonesian Business Council (IBC) Australia sejak tahun 2006 lewat Norman Ambarita. Setelah bergabut dalam bisnis di Australia dan mempelajari manfaat komunitas ini, Adam memutuskan untuk bergabung di tahun 2021. Ia melihat peluang untuk kerja sama dengan komunitas di sektor garmen.
Bagi Adam, keanggotaan dalam komunitas seperti IBC memiliki banyak manfaat bagi kebersamaan pribadi maupun profesional. Ia dapat memperoleh jejaring, akses ke sumber daya berharga, pengembangan keterampilan, pelatihan kepemimpinan, dan lingkungan kolaboratif yang mendukung.